Pintar! Saat Abu Nawas Disuruh Bawakan Mahkota Surga untuk Baginda Raja, Begini Kisahnya

nikkopputra
·
·
IPFS
·

AKURAT.CO Entah bagaimana awalnya, hari itu, tiba-tiba saja baginda raja ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Tampaknya baginda raja ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapapun agar lebih leluasa.

Dengan niat yang tulus, akhirnya baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan, beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah baginda mendekat, ternyata baginda melihat seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, dan bertanya kepada sang ulama:

“Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tidak mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?”

Ulama itu berpikir sejenak dan kemudian ia berkata:

“Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Kadangkala ia bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?”

Baginda raja terkesan mendengar penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat.

Ulama itu mengatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya, maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda yang dari tadi mendengarkan isi ceramah ulama itu dibuat takjub dan kagum dengan apa yang telah disampaikannya.

Akhirnya, baginda memutuskan untuk pulang kembali ke istana. Baginda ternyata sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan seorang Abu Nawas. Setelah itu, seperti biasa, melalui utusannya Abu Nawas dipanggil untuk segera menghadap baginda di kerajaan. Setelah Abu Nawas menghadap, baginda langsung bertanya:

“Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?”

“Sanggup paduka yang mulia. Tetapi baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan,”. jawab Abu Nawas.

“Sebutkan sarat itu.” kata baginda.

“Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya,” ujar Abu Nawas.

“Pintu apa? ” tanya Baginda belum mengerti.

“Pintu alam akhirat.” jawab Abu Nawas.

“Apa itu?” tanya Baginda ingin tahu.

“Kiamat, wahai paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Jika baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat terlebih dahulu,”

Mendengar penjelasan Abu Nawas baginda raja hanya bisa terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al-Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi:

“Masihkah baginda menginginkan mahkota dari surga?” Baginda Raja tidak menjawab.

Beliau diam seribu bahasa, sejenak kemudian Abu Nawas memohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabannya.[]

CC BY-NC-ND 2.0 授权

喜欢我的作品吗?别忘了给予支持与赞赏,让我知道在创作的路上有你陪伴,一起延续这份热忱!